Terletak di tengah hamparan tanah persawahan
 di sebuah desa di Ponorogo, Jawa Timur Indonesia, Universitas 
Darussalam Gontor, atau disingkat UNIDA Gontor, merupakan universitas 
yang unik dibanding universitas semacamnya di tanah air. Unik karena 
menerapkan sistim asrama (boarding system) yang didesain untuk 
pembelajaran yang efektif dan efisien. Di dalam sistim asrama, Bahasa 
Arab dan Inggris digunakan sebagai pengantar pengajaran dan komunikasi 
di antara dosen dan mahasiswa. Di dalam sistim asrama pula aktivitas 
keilmuan, kerohanian, dan kewirausahaan dapat dilaksanakan dengan mudah,
 sehingga akan tercipta komunitas dan dari komunitas terbentuk tradisi 
keilmuan.
Universitas Darussalam Gontor merupakan cita-cita tiga orang ulama 
pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, yaitu K.H. Ahmad Sahal, K.H. 
Zainuddin Fannani, dan K.H. Imam Zarkasyi (dikenal kemudian sebagai 
Trimurti). Dengan modal tanah warisan orang tua, ditambah dana 
secukupnya, mereka pada tahun 1926 dengan tekad yang kuat mulai membuka 
lembaga pendidikan rendah yang disebut Tarbiyatul Atfal yang kemudian pada tahun 1936 ditingkatkan menjadi pendidikan menengah yaitu Kulliyatul Muállimin al-Islamiyyah (KMI). 
Meski KMI telah dirasa berkembang dengan pesat, namun usaha menuju 
universitas terus bergelora. Maka pada tahun 1942 usaha pertama yang 
dapat dilakukan adalah mendirikan pendidikan tinggi yang disebut Underbow dan Bovenbow sebagai lanjutan bagi para tamatan KMI. Namun karena situasi penjajahan program itu tidak dapat berlanjut.
Setelah kemerdekaan dan dirasa kegiatan pendidikan telah berjalan 
normal, para pendiri Pondok Modern Darussalam mencoba terus berusaha 
merealisir cita-cita mendirikan universitas. Maka pada tahun 1958, 
mereka bertekad bulat mewakafkan lembaga pendidikan yang mereka dirikan 
kepada umat Islam dan dengan demikian lembaga pendidikan ini bukan lagi 
milik para pendiri dan keluarganya. Di dalam Piagam Penyerahan Wakaf 
tersebut tertulis dengan jelas cita-cita Trimurti yaitu agar Pondok 
Modern Gontor yang diwakafkan dikembangkan menjadi universitas Islam 
yang berarti dan bermutu serta menjadi pusat pengkajian Islam dan Bahasa
 Arab.
Sebagai wakif, para pendiri Pondok Modern Darussalam masih terus 
berupaya merealisasikan cita-cita mereka. Untuk itu, pada tanggal 1 
Rajab 1383/17 November 1963 dimulailah langkah menuju cita-cita itu 
yaitu mendirikan Instiitut Pendidikan Darussalam (IPD). Karena 
keterbatasan sumber daya maka IPD baru dapat membuka dua fakultas, 
Ushuluddin dan Tarbiyah. Dalam pidato peresmiannya, K.H. Imam Zarkasyi 
selaku pejabat Rektor, menyatakan bahwa institut ini harus menjadi 
seperti Universitas al-Azhar di Mesir yang selama berabad-abad terus 
berjalan sebagai pusat studi Islam di dunia dan tetap bertahan seiring 
dengan perubahan waktu. Beliau juga berharap agar Institut ini mengikuti
 jejak Aligarh Muslim University di India yang merupakan simbol 
kebangkitan Islam karena mengintegrasikan ilmu pengetahuan Islam dan 
sains. Selain itu, beliau juga berharap agar pengasuh dan dosen-dosennya
 berjiwa ikhlas seperti para ulama di Shanggit, Afrika. Dengan kekuatan 
itu semua, Perguruan Tinggi di Gontor diharapkan dapat meniru 
Shantiniketan di abad lalu yang mengajar dunia dari tempat terpencil 
yang damai.
Hingga tahun 1985, pada saat K.H. Imam Zarkasyi (pendiri terakhir) 
wafat, IPD masih belum dapat meningkat menjadi universitas meskipun 
terus menamatkan sarjana-sarjana dalam kedua bidang di atas. Pada tahun 
1994, Institut menempuh langkah kecil dengan mendirikan Fakultas Syariáh
 dan dengan itu, IPD diberi nama baru yaitu Institut Studi Islam 
Darussalam (ISID). Dua tahun kemudian yaitu tahun 1996, ISID menempati 
kampus baru di Siman, Ponorogo. Dengan berdirinya kampus baru yang 
terpisah dari kampus KMI, maka ISID mulai berjalan intensif, mandiri, 
dan terpadu. Bahkan pada tahun 2010, ISID berhasil membuka Program 
Pascasarjana. Sementara Program Studi (Prodi) pada setiap fakultas terus
 ditambah dan dibenahi sehingga menjadi terakreditasi.
Pembangunan kampus baru di Siman juga telah membuka peluang yang 
lebih besar untuk merealisasikan amanat waqaf para pendiri Pondok Modern
 Gontor, yaitu mendirikan universitas. Maka, berdasarkan keputusan Badan
 Wakaf dan instruksi Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor, pada 
tahun 2013, Panitia Pendirian Universitas Darussalam Gontor dibentuk. 
Dengan kerja keras, bantuan berbagai pihak, dan dukungan penuh Pimpinan 
Pondok Modern Gontor, Universitas Darussalam Gontor telah resmi berdiri 
dengan terbitnya Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 
Republik Indonesia Nomor 197/E/O/2014 tentang Izin Pendirian Universitas
 Darussalam Gontor tertanggal 4 Juli 2014. Kemudian, pada hari Sabtu, 18
 September 2014, diadakan acara Peresmian Universitas Darussalam Gontor 
oleh Sekjend Liga Universitas Islam Dunia, Prof. Dr. Ja’far Abdussalam, 
di Gedung Pertemuan Pondok Modern Darussalam Gontor.
Oleh : Ady Fauzan
Prodi : Teknik Informatika
Sumber : http://unida.gontor.ac.id/sejarah/ 

0 komentar