Jumat, 21 Oktober 2016

Pengaruh Abadi Peradaban Islam di Dunia



Hasil gambar untuk peradaban barat 
Kebudayaan sebagai ciri khas manusia yang paling menonjol memberikan sebuah warna dalam kehidupannya. Keberadaan sebuah budaya yang ada pada tiap masyarakat tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja, tapi banyak faktor yang mempengaruhi dinamisnya alur sebuah bahkan setiap budaya. Hal ini berarti, tidak dapat dipungkiri bahwa transformasi sebuah budaya selalu diawali oleh sentuhan budaya lainnya.
Dalam konteks pembangunan peradaban pada setiap peradaban, maka peminjaman kebudayaan lain yang lebih baik adalah hal yang perlu dilakukan. Jika ditinjau dari aspek historisnya, beberapa abad sebelum Romawi berkuasa, Yunani terlebih dahulu jaya dengan peradabannya, maka tidak dapat terelakkan peminjaman yang dilakukan oleh Romawi terhadap Yunani. Sama halnya dengan Islam, ketika Bani Abbassiyah berkuasa, maka proses transfer kebudayaan dari Yunani dan Persia adalah suatu hal yang perlu dilakukan demi menjamin keberlangsungan dari peradaban Islam.
Islam sebagai adikuasa membawa kesan tersendiri bagi tiap peradaban yang ada pada saat itu. Kejayaan Islam diibaratkan seperti percikan air yang turut menyegarkan peradaban lain, serta membukakan mata untuk melihat sesuatu yang lebih hebat didepan mereka. Sehingga tidaklah salah jika dikatakan bahwa renaissance yang terjadi di dunia barat kala itu karena pengaruh dari Islam yang berjaya hingga 1800 M. Maka, penulis merasa perlu untuk meninjau kembali pengaruh peradaban Islam terhadap dunia modern. Terkhusus, jika meninjau akar historis masuknya peradaban Islam ke dunia barat ketika Islam berjaya sebagai adikuasa.

A. Proses Peradaban Islam Masuk ke Dunia Barat

Mungkin sekilas jika melihat term “dunia barat” maka term tersebut begitu melekat dengan term “dunia modern”. Dapat dikatakan hal tersebut tidak dapat dipungkiri karena pada abad XXI ini siapa yang merasa kekuatan dunia ada pada “dunia timur”. Padahal realitasnya, kekuatan dunia memang ada pada “dunia barat” selayaknya Amerika, negara-negara Eropa, Rusia dan lain-lain. Oleh karena itu, peninjauan kembali pengaruh peradaban Islam terhadap dunia barat adalah suatu hal yang perlu. Bukan berarti, peninjau itu sekadar nostalgia akan kejayaan masa lalu. Akan tetapi, hal tersebut mampu menjadi pengingat, motivator, pembelajaran bagi setiap orang akan eksistensi ummat muslimin saat itu dibanding para manusia dari dunia barat.
Kesadaran dunia barat akan adanya peradaban Islam sebenarnya telah dibangun oleh Rasulullah sejak masa-masa awal dakwah Islam. Pada tahun ke 6 Hijrah, Nabi mengirimkan utusan-utusannya kepada raja dan ratu dari negara tetangga. Utusan-utusan itu dikirim ke Kaisar Byzantium (Heraclius). Raja Cyprus atau Makaokas, raja Abbyssinia (Najashi) dan ke raja Persia (Kisra). Sehingga dari ajakan inilah Islam mulai dikenal di belahan dunia lainnya.
Kontak antara dunia barat dan Islam semakin menemui puncak ketika masa kepemimpinan Umar bin Khattab. Khalifah kedua ini mengutus Khalid bin Walid dan Amr bin Ash untuk melancarkan peperangan ke berbagai wilayah sekitar jazirah Arab dengan motivasi meluaskan wilayah kaum muslimin. Bahkan peperangan ini termasuk di antara perang yang menyamai prestasi Napoleon, Hanibal dan Alexander dalam sejarah. Peperangan ini mengguncangkan Romawi dengan diambilnya wilayah kekuasaan mereka yakni Syam dan Mesir. Seperti yang diketahui, pada tahun XXX SM Mesir telah dikuasai oleh Romawi dan dijadikan sebagai sumber gandum yang penting untuk mencukupi kebutuhan bangsa bangsa Romawi.
Ekspansi demi ekspansi telah dilakukan oleh ummat muslim, sekalipun ekspansi wilayah agak terhenti pada masa Utsman bin Affan serta Ali bin Abi Thalib akibat persoalan politik di kalangan ummat muslim sendiri akan tetapi itu tidak menyurutkan semangat mempertahankan wilayah kaum muslimin yang telah di ambil alih ke tangan mereka. Penaklukan selanjutnya dilakukan pada masa pemerintahan Bani Umayyah, tepatnya pada masa walid bin Abdul Malik.
Pada masa Walid bin Abdul Malik terjadilah penaklukan Spanyol. Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M. melalui jalur Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama Iberia/Asbania, kemudian disebut Andalusia, ketika negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tarif bin Malik, Tarik bin Ziyad, dan Musa bin Nusair. Tarif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik, sedangkan Musa sebagai pengirim pasukan, sementara Tariq bin Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penakluk Spanyol karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata, yaitu sebanyak 12.000 pasukan dan berhasil menaklukan Spanyol pada tahun 92 H. atau 711 M.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Tariq bin Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah ‘Umar bin ‘Abd al-‘Aziz tahun 99 H/717 M., dengan sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.
Lebih lanjut proses masuknya peradaban Islam ke dunia barat terjadi di Sisilia. Serangan pertama ke Sisilia terjadi pada tahun 652 M., ketika kota Siracusa dimasuki dan kekuasaannya tenggelam saat itu juga. Pada tahun 831 M., kota Palermo dapat dikuasai umat Islam. Penaklukan daerah Italia terus berlangsung hingga mencapai anti klimaks pada abad ke-9 yaitu pada tahun 871 M., saat kota Bari direbut kembali oleh pasukan Kristen dan menjadi pertanda berakhirnya kekuasaan muslim atas Italia dan Eropa tengah. Munculnya bangsa Norman yang dipimpin oleh Roger pada tahun 1060 M., hingga tahun 1091 M., telah berhasil menaklukan seluruh kekuatan Islam dan Bizantium di Sisilia dan mengadopsi peradaban Islam dalam kekuasaan mereka, baik dalam bidang sastra, seni, industri dan bidang-bidang yang lain. Dengan demikian, kehadiran orang-orang Arab di Spanyol dan Sisilia secara perlahan menjadi jalur masuk ke Eropa Barat, meskipun Eropa Barat telat menjalin hubungan dengan Imperium Bizantium, akan tetapi penduduknya lebih banyak mengambil alih kebudayaan orang-orang Arab ketimbang orang-orang Bizantium.
Proses selanjutnya terjadi setelah ekspansi wilayah kaum muslimin ke berbagai daerah di dunia barat. Invasi atas Spanyol dan Sisilia telah memberi arti bahwa suatu waktu Islam hadir di daerah pinggiran Kristen Latin. Namun demikian, invasi tersebut memunculkan reaksi gerakan perang salib pada abad ke-11. Selama perang salib ini telah mengakibatkan terjadinya tukar menukar pengaruh budaya di antara mereka, atau lebih tepatnya penerimaan orang-orang Eropa atas corak-corak kebudayaan Islam. 
Selanjutnya orang-orang salib menetap di Timur Islam dalam waktu yang cukup lama sejak abad 5 H. sampai 7 H. (Abad 12 sampai 17 M.). Karenanya terjadi hubungan yang intensif dengan seluruh peradaban Islam yang mengagumkan mereka. Walaupun peperangan terus terjadi antara mereka dan kaum muslimin, akan tetapi para cendekiawan mereka tidak menutup diri untuk mengambil seluruh peradaban Islam yang disaksikannya.

Sekilas mungkin gambaran tentang interaksi atau proses masuknya peradaban Islam ke dunia barat (dunia modern kini) kebanyakan berkisar pada tahapan ekspansi atau peperangan. Justru melalui tahapan itulah transfer peradaban lebih nyata dan aktual sifatnya pada masa itu.

B. Pengaruh Peradaban Islam terhadap Dunia Modern
Ada beberapa pengaruh yang timbul di dunia modern akibat adanya peradaban Islam. Lalu, apa saja peninggalan-peninggalan itu, dan apa pula arti pentingnya? Kita dapat meringkas peninggalan abadi peradaban kita dalam lima bidang pokok.
  1. Bidang Aqidah dan Agama
Prinsip-prinsip peradaban Islam mempunyai pengaruh besar terhadap gerakan-gerakan reformasi keagamaan yang berlangsung di Eropa sejak abad ke-7 Masehi sampai masa kebangkitan modern (renaissance). Islam menyatakan keesaan Allah dan keunikanNya dengan kekuasaan serta kesuciaanNya dari kekurangan dan kelaliman. Islam juga menyatakan kebebasan manusia dalam menyembah dan berhubungan dengan Allah. Dengan Islam, manusia memahami syariat-syariat Allah SWT tanpa perantaraan tokoh-tokoh agama. Inilah yang menjadi faktor besar bagi terbukanya jalan pikiran bangsa-bangsa mengenai prinsip-prinsip yang kuat dan mengagumkan dari Islam.
Ketika itu bangsa-bangsa terbelenggu dalam pertentangan mazhab yang sengit dan terkungkung dalam ketundukan terhadap kekuasaan tokoh-tokoh agama baik dalam pikiran, pendapat, harta maupun raga mereka. Maka adalah wajar, ketika penaklukan Islam di Barat dan Timur semakin meluas, umat-umat yang bertetangga dengannya pertama kali terpengaruh oleh prinsip-prinsip Islam dalam aqidah. Ini benar-benar terjadi yaitu ketika muncul pada abad ke-7 di kalangan bangsa Barat orang-orang yang menolak menyembah patung-patung, kemudian muncul setelah itu orang-orang yang menolak adanya perantara antara Allah dan hambahNya serta menyerukan kebebasan dalam memahami kitab-kitab suci, lepas dari kekuasaan dan pengawasan tokoh-tokoh agama.
Banyak peneliti menegaskan bahwa Martin Luther dalam gerakan reformasinya terpengaruh oleh pandangan para filsuf Arab dan ulama muslim mengenai agama, aqidah dan wahyu. Perguruan-perguruan tinggi Eropa pada masa Luther selalu berpegang pada buku-buku para filsuf muslim yang jauh sebelumnya telah diterjemahkan ke bahasa latin. Kita dapat menegaskan bahwa gerakan pemisahan antara agama dan negara yang dinyatakan daa revolusi Perancis adalah hasil gerakan-gerakan pemikiran yang menguasai Eropa selama tiga abad atau lebih, dan peradaban kita mempunyai jasa besar dalam menyalakan apinya melalui perang Salib dan Andalus.
  1. Bidang filsafat dan ilmu (kedokteran, ilmu pasti, kimia, geografi dan astronomi)
Eropa terbangun oleh gaung para ilmuwan dan filsuf kita yang mengkaji ilmu-ilmu ini di masjid Sevilla. Cordoba, Granada, dan lain-lainnya. Pelopor-pelopor Barat yang belajar di sekolah-sekolah kita sangat mengagumi dan menggemari ilmu-ilmu ini. Mereka menyimaknya dalam suasana kebebasan yang tidak mereka kenal padanannya di negeri-negeri mereka. Pada waktu ilmuwan-ilmuwan kita berbicara dala majelis-majelis keilmuwan dan karanga-karangan mereka mengenai peredaran bumi dan benda-benda langit, akal orang-orang Eropa masih dipenuhi khurafat dan tahayul mengenai kenyataan-kenyataan ini. Karena itu muncul di kalangan orang-orang Barat gerakan penerjemahan dari bahasa Arab ke bahasa Latin, dan mulailah buku-buku para ilmuwan kita diajarkan di perguruan-perguruan tinggi Barat.
Pada abad ke-12 diterjemahkan buku Al Qanun karya Ibnu Sina (Avicenne) mengenai kedokteran. Di akhir abad ke-13 diterjemahkan pula buku Al-Hawi karya Ar-Razi yang lebih luas dan lebih tebal dari Al Qanun. Kedua buku ini hingga abad ke-16 masih tetap menjadi buku pegangan bagi pengajaran ilmu kedokteran di perguruan-perguruan tinggi Eropa. Adapun buku-buku filsafat malah terus berlangsung penerjemahannya lebih banyak dari itu. Bangsa barat belum pernah mengenal fisafat Yunani kecuali melalui karangan-karangan dan terjemahan-terjemahan dari bahasa Arab.
Banyak orang-orang barat yang jujur mengakui bahwa di abad-abad pertengahan Islam adalah guru-guru bangsa Eropa selama tidak kurang dari enam ratus tahun. Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuwan hampir mejadi sumber satu-satunya bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Bahkan dapat dikatakan bahwa pegaruh bangsa Arab dalam beberapa ilmu seperti ilmu kedokteran, masih terus berlanjut hingga masa sekarang. Buku-buku Ibnu Sina pada akhir abad yang lalu masih diajarkan di Montpellier. Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku berbahasa Arab sajalah yang dijadikan rujukan oleh Roger Bacon, Leonardo de Vinci, Arnold de philippi, Raymond Lull, San Thomas, Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella.
Monsieur Renan juga mengatakan bahwa Albertus Magnus adalah penganut Ibnu Sina, sedangkan San Thomas dalam filsafatnya adalah penganut Ibnu Rusyd (Averroes).
Orientalis Sedillot bekata,”
Bangsa Arab (baca : peradaban Islam) adalah pemikul panji-panji peradaban abad pertengahan. Mereka melenyapkan arbarisme Eropa yang digoncangkan oleh serangan-serangan suku-suku Utara. Bangsa Arab melanglang mendatangi sumber-sumber filsafat yunani yang abadi. Mereka tidak berhenti pada batas yang tela diperoleh berupa khazanah-khazanah ilmu pengetahuan, tetapi terus berusaha mengembangkannya dan membuka pintu-pintu baru bagi pengkajian alam.”
“Ketika menekuni astronomi, bangsa Arab memberikan perhatian yang khusus terhadap seluruh ilmu-ilmu pasti. Bangsa Arab berjasa besar dalam ilmu-ilmu tersebut, bahkan mereka pada hakikatnya adalah guru-guru kami di bidang ini.
Selanjutnya ia berkata lagi,
“Jika kita menyelidiki apa yang diperoleh Latin bangsa Arab pada awalnya maka kita akan mendapati bahwa Gerbert yang menjadi Paus dengan sebutan Sylvestre II telah mengajarkan kepada kita (antara tahun 970 dan 980 H) pengetahuan-pengetahuan dan ilmu-ilmu pasti yang dipelajarinya di Andalus.
O`Hilard, bangsa Inggris, melanglang Mesir dan Andalus antara tahun 1100 dan 1128. Mereka kemudian menerjemahkan buku Al-Arkan (dalam bahasa Arab) karya Eucleides, pakar ilmu pasti yunani, yang bangsa Arab sendiri tidak mengetahuinya.
Platon dari Tivoli menerjemahkan dari bahasa Arab buku Al-Ukar karya Theodosius. Rudolph dari Bruges menerjemahkan dari bahasa Arab buku geografi karya Ptolemee.
Leonardo de Vinci sekitar tahun 1200 menulis sebuah risalah mengenai aljabar yang dipelajarinya dari bangsa Arab.
Canaeanus dari Nibar pada abad ke-13 menerjemahkan dari bangsa Arab buku Eucleides dengan terjemahan yang bagus dan disertai penjelasan. Ghiteleon dari Polska pada abad yang sama menerjemahkan buku Al-Bashariyyatkarya Al-Hasan bin Al Haitsam.
Gherardo dari Cremona pada abad itu pula menyebarkan ilmu falak yang hakiki dengan menerjemahkan Al Majisti karya Ptolemee dan Syarh karya Jabir.”
Pada tahun 1250, Alfonso memerintahkan penyebaran kalender-kalender astronomi yang memuat namanya. Jika Roger I menganjurkan pengkajian ilmu-ilmu bangsa Arab di Sicilla, terutama buku-buku Al Idrisi, maka kaisar Friedrich II tidak lebih sedikit anjurannya. Dia menganjurkan agar dilakukan pengkajian ilmu-ilmu bangsa Arab. Putera-putera Ibnu Rusyd tinggal di istana kaisar ini, kemudian mengajarkan kepadanya sejarah alam tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang.
Dalam bukunya mengenai alam (fisika), Humbold berkata,
“Bangsa Arab lah yang menciptakan apotek kimia. Dari mereka lah datangnya wasiat-wasiat pertama yang sempurna yang dianut oleh sekolah Salermo sehingga tersebar di Eropa selatan beberapa waktu kemudian. Apotik dan bahan kedokteran yang menjadi landasan ilmu pengobatan itu menyebabkan timbulnya pengkajian ilmu kimia dan botani dalam waktu yag sama melalui dua jalan yang berbeda.
Berkat bangsa Arab-lah terbuka babak baru bagi ilmu tersebut. Pengetahuan mereka mengenai flora (dunia tumbuh-tumbuhan) mendorong mereka untuk lebih banyak jenis rumput thliforida sampai 2000 jenis melengkapi apotik mereka dengan sejumlah jenis rumput yang belum pernah dikenal sama sekali oleh bangsa Yunani.”
Sedillot mengatakan bahwa Ar Razi dan Ibnu Sina telah menguasai sekolah-sekolah Barat dengan buku-buku mereka dalam waktu yang lama. Di Eropa Ibnu Sina dikenal sebagai dokter yang mempunyai otoritas mutlak atas sekolah-sekolah di sana selam lebih kurang enam abad. Buku momentalnya dan dicetak ulang berkali-kali karena dianggap sebagai dasar bagi kajian-kajian di universitas-universitas Perancis dan Italia.
  1. Bidang bahasa dan sastra
Orang-orang Barat, khususnya penyair-penyair Spanyol mendapat pengaruh besar dari sastra Arab. Sastra tentang ketangkasan berkuda, keberanian, majas, dan imajinasi-imajinasi yang tinggi dan indah masuk ke sastra Barat melalui sastra Arab, khususnya di Andalus. Penulis Spanyol yang tersohor, Abanez mengatakan bahwa bangsa Eropa belum mengenal ketangkasan berkuda dan tidak menganut sastra-sastra yang terpelihara atau kebesaran heroisme sebelum kedatangan bangsa Arab ke Andalus dan sebelum tersebarnya para penunggang kuda dan pahlawan mereka di wilayah-wilayah selatan.
Yang menunjukkan kepada kita tentang sejauh mana sastra-sastra Barat terpengaruh oleh bahasa dan sastra Arab pada masa-masa itu ialah apa yang di nukil Dozy dalam bukunya mengenai Islam dari risalah penulis Spanyol, Alghargo. Dia sangat sedih karena bahasa Latin dan Yunani dilalaikan orang sementara bahasa kaum muslimin ditekuni. Ia berkata,”Orang-orang yang memiliki kecerdasan dan perasaan telah tersihir oleh keindahan sastra Arab sehingga mereka meremehkan bahasa Latin dan menulis hanya dengan bahasa para penakluk mereka. Hal itu sangat menyedihkan bagi orang yang mempunyai kebanggaan nasionalisme paling besar sampai-sampai mereka berkata kepada teman-temannya”.
Wahai saudara-saudaraku. Kaum Nasrani sangat mengagumi puisi dan prosa bangsa Arab. Mereka mempelajari karangan-karangan yang ditulis oleh para filsuf dan fuqaha` muslim. Hal itu mereka lakukan untuk meniru uslub (gaya bahasa) Arab yang fasih.
Dimanakah sekarang orang-orang yang selain tokoh-tokoh agama yang membaca tafsir-tafsir keagamaan dari taurat dan Injil? Dimanakah sekarang orang-orang yang membaca Injil-Injil dan suhuf-suhuf para nabi dan rasul? Betapa menyedihkan!
Generasi yang tumbuh dari kaum Kristen yang cerdas hanya memperbagus sastra dan bahasa Arab. Mereka melahap buku-buku bangsa Arab dan mengisi perpustakaan-perpustakaan besar dengan buku-buku mereka yang termahal. Mereka bersenandung di setiap tempat memuji khazanah-khazanah Arab. Ketika di perdengarkan kepada mereka buku-buku Kristen, mereka tidak mau mendengarkannya dengan alasan buku-buku itu tidak layak untuk diperhatikan. Betapa memprihatinkan!
Orang-orang Kristen telah melupakan bahasa mereka. Anda tidak menjumpai di antara mereka seorang pun dari seribu orang yang menulis surat kepada rekannya dengan bahasa mereka sendiri. Adapun bahasa bangsa Arab, betapa banyak orang-orang yang memperguna-kannya dengan ungkapan yang paling baik uslubnya. Kadang-kadang mereka mengubah dengan bahasa itu sebuah puisi yang melebihi puisi bangsa Arab sendiri dalam keindahan dan ketepatan ungkapannya.
Tak diragukan lagi, pada abad ke-14 dan sesudahnya banyak sastrawan-sastrawan piawai Eropa yang terpengaruh oleh sastra Arab dalam karya-karya mereka. Pada tahun 1349, Boccaccio menulis hikayat yang berjudul Ash-Shabahatul `Asyrah (sepuluh Waktu pagi) yang mengikuti jejak Alfu Lailah wa Lailah (Seribu Satu Malam). Dari hikayat ini pula Shakespeare mengambil topik dramanya Natan Al Hakim (Natan yang Bijaksana).
Yang paling banyak belajar dari Boccaccio pada zamannya adalah Shawcer, pelopor puisi modern dalam bahasa Inggris. Ia berjumpa dengan Boccaccio di Itali dan kemudian menyusun kisah-kisah yang terkenal dengan judul Hikayat-hikayat Canterboury. Adapun Dante Alighieri telah ditegaskan oleh banyak kritikus bahwa dalam Divina Commedia ia menggambarkan perjalannya ke alam lain yang banyak terpengaruh oleh Risalatul-Ghufran (Risalah Pengampunan) karya Al-Maarri dan Washful-Jannah (Gambaran Surga) karya Ibnu Arabi.
Hal itu karena ia tinggal di Sicillia pada masa kaisar Friedrich II yang sangat suka kepada kebudayaan Islam. Dia mengkajinya pada sumber-sumbernya yang berbahasa Arab. Antara Dante dan Friedrich telah terjadi dialog-dialog mengenai doktrin Aristoteles yang sebagian diambil dari sumber berbahasa Arab. Tidak sedikit Dante mengetahui sirah Nabi Saw. Dari sirah itu ia mencermati kisah Isra mi`raj dan gambaran langit. Adapun Petrarca hidup pada masa kebudayaan Islam di Itali dan Perancis. Dia menuntut ilmu di Universitas Montpellier dan Universitas Paris. Kedua perguruan tinggi ini masing-masing bersandar pada karangan-karangan bangsa Arab dan mahasiswa-mahasiswa mereka di perguruan-perguruan tinggi Andalus.
Kisah atau novel Eropa dalam pertumbuhannya banyak terpengaruh oleh seni-seni kisah bangsa Arab di Abad-abad pertengahan, yaitu pitutur-pitutur, khabar-khabar ketengkasan berkuda dan petualangan ksatria berkuda dalam mencari kemuliaan dan kesukacitaan. Hikayat Seribu Satu Malam setelah diterjemahkan ke bahasa-bahasa Eropa pada abad ke-12 mempunyai pengaruh besar dalam bidang ini sehingga sejak saat itu hingga sekarang hikayat ini telah dicetak lebih dari tiga ratus cetakan dalam semua bahasa Eropa.
Bahkan, sejumlah kritikus Eropa berpendapat bahwa perjalanan Gelliver yang ditulis oleh Swhift dan perjalanan Robinson Crusue yang ditulis oleh Defore mengikuti jejak hikayat Seribu Satu Malam dan Risalah Hayy bin Yaqzhan karya filsuf Arab, Ibnu Tufail. tak ada seorang pun yang meragukan lagi, dari jumlah setakan Seribu Satu Malam yang sangat besar ini dapat menjadi bukti bahwa orang-orang Barat gemar sekali membaca hikayat tersebut.
Rasanya kita tak perlu lagi meyebutkan bagaimana besarnya jumlah perbendaharaan kata bahasa Arab yang masuk ke dalam bahasa Eropa dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan kata-kata serapan itu hampir seperti kata-kata dalam bahasa Arab aslinya, seperti quthn (cotton), misk (musk), syarab (syrup), jarrah (jar), laymun (lemon), shifr (chiper), dan kata-kata lainnya yang tak terhitung jumlahnya.
Dalam kaitan ini Prof. Michael berkata, Eropa dengan sastra-sastranya yang indah telah berhutang kepada negeri-negeri Arab dan kepada bangsa-bangsa Arab yang tinggal di wilayah Arab Suriah, yang telah menjadikan abad-abad pertengahan Eropa berbeda jiwa dan imajinasinya dari dunia yang tunduk kepadanya,
  1. Bidang perundang-undangan
Hubungan mahasiswa-mahasiswa Barat dengan sekolah-sekolah Islam di Andalus dan lainnya berpengaruh besar dalam penerjemahan kumpulan hukum-hukum fiqh dan tasyri ke dalam bahasa-bahasa mereka. Pada saat itu Eropa belum mempunyai sistem yang mantap dan undang-undang yang adil.
Ketika pemerintahan Napoleon masuk ke Mesir, mereka menerjemahkan buku-buku fiqh Maliki paling terkenal ke dalam bahasa Perancis. Buku fiqih Maliki yang paling penting yang diterjemahkan itu adalah buku Al-Khalil yang menjadi inti undang-undang sipil Perancis yang banyak sekali persamaannya dengan hukum-hukum fiqih Maliki.
Sedillot berkata Mazhab Maliki itulah yang secara khusus memikat pandangan kita karena hubungan kita dengan bangsa Arab Afrika. Pada waktu itu pemerintah Perancis menugaskan Peron untuk menerjemahkan buku fiqh Al Mukhtashar karya Al Khalil bin Ishaq bin Ya`qub (wafat tahun 1422 M).


Daftar Pustaka
-          Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Cet I; Yogyakarta: Kota Kembang, 1989), h. 27. 

-          Philip K. Hitti, Histrory of the Arabs (Cet. I; Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta, 2010), h. 178.

-          Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedia Islam Jilid V (Jakarta, Bagian Proyek Pengembangan Sistem dan Standar, 2003), h. 144. 

-          Syed Mahmudunnasir, Islam Konsepsi dan Sejarahnya (Cet. I; Bandung: CV. Rosda, 1988), h. 221. 

-          Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. Gravindo Persada, 2003), h. 93.

-          W. Montgemary Watt, Islam dan Peradaban Dunia (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1997), h. 42. 

Load disqus comments

0 komentar