STRATEGI ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN DI
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
Sorce :
Moh. Isom Mudin
Salah
satu dampak dari modernisasi dan sekularisasi adalah rancunya konsep ilmu yang
membawa kerancuan dalam berbagai bidang yang lain. hal ini karena,
peradaban Barat memiliki konsep ilmu yang probelamatis. Seperti kesalahan makna
ilmu, tujuan pencarian ilmu, dan hakikat ilmu itu sendiri. Memang, kita tidak menafikan
beberapa sumbangan peradaban Barat telah menghasilkan ilmu yang bermanfaat.
Namun, disisi lain tidak dinafikan pula bahwa peradaban tersebut telah
menghasilkan ilmu yang telah merusak khususnya spiritual kehidupan manusia.
Beberapa
tokoh barat telah menghilangkan unsure ketuhanan dalam konsep ilmu. Salah satu
jargon René Descartes ‘aku berfikir maka aku ada’ (cogito ergo sum)
menjadikan rasio sebagai satu-satunya kriteria kebenaran. David Hume menjadikan
panca indera unsich sebagai sumber ilmu. Immanuel Kant (m. 1804) berpendapat
pengetahuan adalah mungkin (knowledge is possible) dan metafisika adalah
tidak mungkin karena tidak bersandarkan kepada panca indera, maka metafisika adalah
ilusi transendent (a transcendental illusion). Hegel berpendapat bahwa pengetahuan
adalah selalu berproses dan tidak menemukan titik akhir. Beberapa pemhanam ini
membawa idiologi ateisme. Berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam teologi,
filsafat, sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lain-lain tidak
terlepas dari faham ini.
Untuk menjawab tantangan ini maka diperlukan
Islamisasi ilmu. Namun, islamisasi bukan pekerjaan muda seperti labelisasi. Untuk
itu, agar tidak terjebah dalam labelisasi ini, seseorang yang mengislamkan
ilmu, ia perlu memenuhi pra-syarat, yaitu ia harus mampu mengidentifikasi
pandangan-hidup Islam (the Islamic worldview) sekaligus mampu memahami
budaya dan peradaban Barat. Pandangan-hidup dalam Islam adalah visi mengenai
realitas dan kebenaran (the vision of reality and truth). Realitas dan
kebenaran dalam Islam bukanlah semata-mata fikiran tentang alam fisik dan
keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial, politik dan budaya sebagaimana yang
ada di dalam konsep Barat sekular mengenai dunia, yang dibatasi kepada dunia yang
dapat dilihat. Realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kajian kepada
metafisika terhadap dunia yang nampak dan tidak nampak.
Berlandaskan
kepada ‘Shibbhah’ Allah, maka Universitas Darussalam Gontor
mencita-citakan dirinya sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menjadi pusat
Islamisasi Ilmu pengetahuan. Hal ini tertuang dalam filosofi pendirianya, yaitu
mengintegrasikan ilmu-ilmu
pengetahuan alam dan kemanusiaan dengan ilmu-ilmu keislaman dalam rangka
menghasilkan insan Indonesia yang berbudi tinggi, berbadan sehat,
berpengetahuan luas dan berfikiran bebas. Untuk mencapai cita-cita ini, seluruh
kegiatan keilmuwan civitas akademika mencirikan adanya semangat ini.
Sebenarnya,
ada lembaga-lembaga lain yang bergerak dalam Islamisasi pengetahuan, baik
berskala pusat penelitian atau menjadi Universitas. Ismail Raji al-Faruqi
mendirikan International Institute of Islamic Thought (IIIT) di Virgina pada
tahun 1981. Sayyid Muhamad Naquib al-Attas mendirikan sebuah institusi
pendidikan tinggi bernama International
Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) di Kuala Lumpur.
Melalui institusi ini Al-Attas, kolega dan mahasiswanya melakukan kajian dan
penelitian mengenai Pemikiran dan Peradaban Islam, serta memberikan respons
yang kritis terhadap Peradaban Barat.
Institut
Studi Islam Darusslam (ISID) sebelum berubah menjadi UNIDA telah memulai
gerakan Islamisasi pengetahuan dengan didirikanya Pusat Kajian Islam dan Barat;
“Center for Islamic and Occidental Studies’. Pusat studi ini didirikan
berdasarkan suatu pemikiran bahwa Islam adalah agama dan peradaban yang tidak
dapat dipisahkan. Di sisi lain, islam dituntut berdialog dengan Barat. Memang, Islam dalam sejarahnya selalu bersentuhan
dengan peradaban asing dan mengambil manfaat dari beberapa elemen penting di
dalamnya. Oleh sebab itu dialog antara Islam dan Barat perlu dilakukan dalam
konteks pembelajaran dan pengayaan peradaban Islam.
Pusat
Studi ini merupakan bentuk langkah konkret Islamisasi. Seluruh peneliti berupaya
menggali kembali konsep-konsep penting dalam Islam yang tertuang dalam pemikiran para
ulama yang berotoritas. Disamping itu secara intens juga mengkaji secara kritis
konsep-konsep penting dalam peradaban Barat. Dengan pendekatan ini diharapkan
umat Islam mampu mengembangkan konsep-konsep Islam dalam berbagai bidang, baik
itu ekonomi, pendidikan, politik, budaya, sains, sosial, dsb, namun tetap
berpijak pada tradisi pemikiran dan peradaban Islam.
Upaya
Islamsasi ini mencapai waktu yang tepat saat perubahan ISID menjadi Unida. Hal
ini karena skala ilmu yang dipelajari lebih luas, bukan hanya ilmu-ilmu ‘fardlu
ain’ yang tertuang dalam fakultas Ushuluddin, tarbiyyah dan Syariah,
melainkan juga mempelajari ilmu fardlu kifayah yang tertuang dalam
fakultas ilmu alam dan sosial. Dengan proyok Islamisasi , mahasiswa sains,
teknologi, dan humaniora diharuskan untuk menguasai ilmu pengetahuan Islam.
Begitu juga mahasiswa bidang studi Islam
dapat mempelajari sains dan humaniora dari sudut pandang Islam.
Untuk mematangkan proses aplikasi Islamisas, Unida
mendidirikan lembaga khsusus yang diberi nama;
“Pusat Islamisasi Ilmu Universitas Darussalam Gontor. (Center of
Islamization of Knowledge University of Darussalam Gontor”. Lembaga ini tidak
berada dibawah naungan fakultas manapun. Adapaun langkah dan tahapan proses
Islamisasi adalah sebagai berikut. Pertama, sosialisasi Islamisasi Ilmu
kepada semua civitas akademika. Kedua, Integrasi dengan cara memasukkan
materi-materi Dirasat Islamiyah kedalam materi prodi-prodi umum oleh
Dosen-dosen Pengampu dari anggota Islamisasi Ilmu.
Adapun materi-materi Dirasat Islamiyah yang
dimaksud adalah:, Worldview Islam, Studi al-Quran, Studi as-Sunnah, Sejarah
Peradaban Islam Humaniora dan Saintek, Sejarah Peradaban Islam yang melipiti
Kesehatan, Politik, Sainstek dan Ekonomi Islam, Filsafat Ilmu Islam, Al-Quran dan al-Hadits dan
Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Penyusunan materi dalam bentuk SAP disusun
secara independent. Selain itu, Pusat islamisasi ini juga melakukan kajian
kritis secara berkala terhadap metode-metode ilmu modern baik dalam konsep,
teori-teori, simbol-simbol.
Secara praktis Pusat Islamisasi Ilmu memiliki
berberapa program. Diantaranya adalah Merumuskan konsep Integrasi dan
Islamisasi Ilmu, Merumuskan kurikulum materi-materi studi Islam pada
prodi-prodi umum, menentukan dosen pengampu untuk materi-materi studi Islam di
atas serta mengontrol pelaksanaan pengajaran materi-materi tersebut, menyusun
buku ajar materi-materi Studi Islam pada prodi-prodi umum, menerbitkan buku,
majalah, buletin dan penerbitan lainnya yang berkenaan dengan Islamisasi, mereview
singkronisasi visi, misi, tujuan, profil prodi-prodi umum dengan visi, misi,
tujuan Universitas terutama terkait dengan program integrasi dan Islamisasi
Ilmu, mensosialisakan dan mentranformasikan Program Islamisasi ke Dosen dan
Mahasiswa, Mengadakan seminar, workshop dan Mengadakan program mentoring untuk
mahasiswa.
Selain Islamisasi di bidang Ilmu pengetahuan,
islamisasi juga dilaksanakan diberbagai bidang seperti jiwa, prilaku, lembaga
dan sistem, dan produk. Islamisasi Jiwa adalah menjadikan seluruh aspek dalam
diri manusia selaras dengan worldview, prinsip-prinsip ajaran, nilai-nilai dan
norma Islam. Islamisasi Prilaku adalah menjadikan seluruh aspek prilaku seperti sikap, tindakan, tingkah laku,
penampilan, tradisi, budaya selaras dengan worldview, prinsip-prinsip
ajaran, nilai-nilai dan norma Islam. Begitu pula Islamisasi Lembaga dan Sistem
adalah menjadikan seluruh aspek lembaga keuangan, managemen, pengembangan
fisik, staff pengembangan dan kepegawaian , usaha bisnis dan administrasi
selaras dengan worldview, prinsip-prinsip ajaran, nilai-nilai dan norma
Islam.
0 komentar