Sabtu, 17 September 2016

STRATEGI ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN DI UNIDA

STRATEGI  ISLAMISASI ILMU PENGETAHUAN DI
 UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
Sorce :
Moh. Isom Mudin

Salah satu dampak dari modernisasi dan sekularisasi adalah rancunya konsep ilmu yang membawa kerancuan dalam berbagai bidang yang lain.  hal ini karena, peradaban Barat memiliki konsep ilmu yang probelamatis. Seperti kesalahan makna ilmu, tujuan pencarian ilmu, dan hakikat ilmu itu sendiri. Memang, kita tidak menafikan beberapa sumbangan peradaban Barat telah menghasilkan ilmu yang bermanfaat. Namun, disisi lain tidak dinafikan pula bahwa peradaban tersebut telah menghasilkan ilmu yang telah merusak khususnya spiritual kehidupan manusia.

Beberapa tokoh barat telah menghilangkan unsure ketuhanan dalam konsep ilmu. Salah satu jargon René Descartes ‘aku berfikir maka aku ada’ (cogito ergo sum) menjadikan rasio sebagai satu-satunya kriteria kebenaran. David Hume menjadikan panca indera unsich sebagai sumber ilmu. Immanuel Kant (m. 1804) berpendapat pengetahuan adalah mungkin (knowledge is possible) dan metafisika adalah tidak mungkin karena tidak bersandarkan kepada panca indera, maka metafisika adalah ilusi transendent (a transcendental illusion). Hegel berpendapat bahwa pengetahuan adalah selalu berproses dan tidak menemukan titik akhir. Beberapa pemhanam ini membawa idiologi ateisme. Berbagai disiplin keilmuan, seperti dalam teologi, filsafat, sains, sosiologi, psikologi, politik, ekonomi, dan lain-lain tidak terlepas dari faham ini.

Untuk menjawab tantangan ini maka diperlukan Islamisasi ilmu. Namun, islamisasi  bukan pekerjaan muda seperti labelisasi. Untuk itu, agar tidak terjebah dalam labelisasi ini, seseorang yang mengislamkan ilmu, ia perlu memenuhi pra-syarat, yaitu ia harus mampu mengidentifikasi pandangan-hidup Islam (the Islamic worldview) sekaligus mampu memahami budaya dan peradaban Barat. Pandangan-hidup dalam Islam adalah visi mengenai realitas dan kebenaran (the vision of reality and truth). Realitas dan kebenaran dalam Islam bukanlah  semata-mata fikiran tentang alam fisik dan keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial, politik dan budaya sebagaimana yang ada di dalam konsep Barat sekular mengenai dunia, yang dibatasi kepada dunia yang dapat dilihat. Realitas dan kebenaran dimaknai berdasarkan kajian kepada metafisika terhadap dunia yang nampak dan tidak nampak.

Berlandaskan kepada ‘Shibbhah’ Allah, maka Universitas Darussalam Gontor mencita-citakan dirinya sebagai lembaga pendidikan tinggi yang menjadi pusat Islamisasi Ilmu pengetahuan. Hal ini tertuang dalam filosofi pendirianya, yaitu  mengintegrasikan ilmu-ilmu pengetahuan alam dan kemanusiaan dengan ilmu-ilmu keislaman dalam rangka menghasilkan insan Indonesia yang berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berfikiran bebas. Untuk mencapai cita-cita ini, seluruh kegiatan keilmuwan civitas akademika mencirikan adanya semangat ini.

Sebenarnya, ada lembaga-lembaga lain yang bergerak dalam Islamisasi pengetahuan, baik berskala pusat penelitian atau menjadi Universitas. Ismail Raji al-Faruqi mendirikan International Institute of Islamic Thought (IIIT) di Virgina pada tahun 1981. Sayyid Muhamad Naquib al-Attas mendirikan sebuah institusi pendidikan tinggi bernama International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC) di Kuala Lumpur. Melalui institusi ini Al-Attas, kolega dan mahasiswanya melakukan kajian dan penelitian mengenai Pemikiran dan Peradaban Islam, serta memberikan respons yang kritis terhadap Peradaban Barat.  

Institut Studi Islam Darusslam (ISID) sebelum berubah menjadi UNIDA telah memulai gerakan Islamisasi pengetahuan dengan didirikanya Pusat Kajian Islam dan Barat; “Center for Islamic and Occidental Studies’. Pusat studi ini didirikan berdasarkan suatu pemikiran bahwa Islam adalah agama dan peradaban yang tidak dapat dipisahkan. Di sisi lain, islam dituntut berdialog dengan Barat. Memang,  Islam dalam sejarahnya selalu bersentuhan dengan peradaban asing dan mengambil manfaat dari beberapa elemen penting di dalamnya. Oleh sebab itu dialog antara Islam dan Barat perlu dilakukan dalam konteks pembelajaran dan pengayaan peradaban Islam.

Pusat Studi ini merupakan bentuk langkah konkret Islamisasi. Seluruh peneliti berupaya menggali kembali konsep-konsep penting  dalam Islam yang tertuang dalam pemikiran para ulama yang berotoritas. Disamping itu secara intens juga mengkaji secara kritis konsep-konsep penting dalam peradaban Barat. Dengan pendekatan ini diharapkan umat Islam mampu mengembangkan konsep-konsep Islam dalam berbagai bidang, baik itu ekonomi, pendidikan, politik, budaya, sains, sosial, dsb, namun tetap berpijak pada tradisi pemikiran dan peradaban Islam.

Upaya Islamsasi ini mencapai waktu yang tepat saat perubahan ISID menjadi Unida. Hal ini karena skala ilmu yang dipelajari lebih luas, bukan hanya ilmu-ilmu ‘fardlu ain’ yang tertuang dalam fakultas Ushuluddin, tarbiyyah dan Syariah, melainkan juga mempelajari ilmu fardlu kifayah yang tertuang dalam fakultas ilmu alam dan sosial. Dengan proyok Islamisasi , mahasiswa sains, teknologi, dan humaniora diharuskan untuk menguasai ilmu pengetahuan Islam. Begitu juga  mahasiswa bidang studi Islam dapat mempelajari sains dan humaniora dari sudut pandang Islam.

Untuk mematangkan proses aplikasi Islamisas, Unida mendidirikan lembaga khsusus yang diberi nama;  “Pusat Islamisasi Ilmu Universitas Darussalam Gontor. (Center of Islamization of Knowledge University of Darussalam Gontor”. Lembaga ini tidak berada dibawah naungan fakultas manapun. Adapaun langkah dan tahapan proses Islamisasi adalah sebagai berikut. Pertama, sosialisasi Islamisasi Ilmu kepada semua civitas akademika. Kedua, Integrasi dengan cara memasukkan materi-materi Dirasat Islamiyah kedalam materi prodi-prodi umum oleh Dosen-dosen Pengampu dari anggota Islamisasi Ilmu.
Adapun materi-materi Dirasat Islamiyah yang dimaksud adalah:, Worldview Islam, Studi al-Quran, Studi as-Sunnah, Sejarah Peradaban Islam Humaniora dan Saintek, Sejarah Peradaban Islam yang melipiti Kesehatan, Politik, Sainstek dan Ekonomi Islam,  Filsafat Ilmu Islam, Al-Quran dan al-Hadits  dan  Islamisasi Ilmu Pengetahuan. Penyusunan materi dalam bentuk SAP disusun secara independent. Selain itu, Pusat islamisasi ini juga melakukan kajian kritis secara berkala terhadap metode-metode ilmu modern baik dalam konsep, teori-teori, simbol-simbol.
Secara praktis Pusat Islamisasi Ilmu memiliki berberapa program. Diantaranya adalah Merumuskan konsep Integrasi dan Islamisasi Ilmu, Merumuskan kurikulum materi-materi studi Islam pada prodi-prodi umum, menentukan dosen pengampu untuk materi-materi studi Islam di atas serta mengontrol pelaksanaan pengajaran materi-materi tersebut, menyusun buku ajar materi-materi Studi Islam pada prodi-prodi umum, menerbitkan buku, majalah, buletin dan penerbitan lainnya yang berkenaan dengan Islamisasi, mereview singkronisasi visi, misi, tujuan, profil prodi-prodi umum dengan visi, misi, tujuan Universitas terutama terkait dengan program integrasi dan Islamisasi Ilmu, mensosialisakan dan mentranformasikan Program Islamisasi ke Dosen dan Mahasiswa, Mengadakan seminar, workshop dan Mengadakan program mentoring untuk mahasiswa.

Selain Islamisasi di bidang Ilmu pengetahuan, islamisasi juga dilaksanakan diberbagai bidang seperti jiwa, prilaku, lembaga dan sistem, dan produk. Islamisasi Jiwa adalah menjadikan seluruh aspek dalam diri manusia selaras dengan worldview, prinsip-prinsip ajaran, nilai-nilai dan norma Islam. Islamisasi Prilaku adalah menjadikan seluruh aspek prilaku  seperti sikap, tindakan, tingkah laku, penampilan, tradisi, budaya selaras dengan worldview, prinsip-prinsip ajaran, nilai-nilai dan norma Islam. Begitu pula Islamisasi Lembaga dan Sistem adalah menjadikan seluruh aspek lembaga keuangan, managemen, pengembangan fisik, staff pengembangan dan kepegawaian , usaha bisnis dan administrasi selaras dengan worldview, prinsip-prinsip ajaran, nilai-nilai dan norma Islam.
 
Load disqus comments

0 komentar